Tuesday, October 8, 2013

Pemahaman semboyan di era Kerajaan WILWATIKTA (Majapahit)

 
Sering kita mendengar semboyan Jawa era modern : “SURO DIRO JOYONINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI“, yang bila diterjemahkan secara bebas akan mempunyai arti : “Kekuatan dan Kejayaan sebesar apapun di alam semesta yang digunakan untuk kesesatan akan kalah / lebur oleh ketulusan pengabdian”. Semboyan ini dipopulerkan di era Kerajaan PAJANG, dimana ketika terjadi pemberontakan besar yang dipimpin ARYA PENANGSANG yang sangat sakti mandraguna (murid kesayangan dari Sunan KUDUS) dilawan dengan keyakinan tinggi dan berbekal semboyan itu oleh DANANG SUTOWIJOYO (Panembahan Senapati Ing NgalagaMataram). Semboyan itu dijadikan landasan keyakinan bahwa tidak ada keperkasaan TUHAN YME yang diselewengkan akan bersifat abadi, karena akan lebur ketika bertemu ksatrya lain yang ditugasi TUHAN YME guna melenyapkannya. Sekilas semboyan ini bermakna suatu pertempuran yang harus kita hadapi setiap saat sepanjang hidup kita.
Ini agak berbeda dengan yang kami warisi dari era Kerajaan SINGHASARI dan WILWATIKTA (Majapahit), yang berbunyi : “JAYA – JAYA – WIJAYANTI“. Yang terjemahan bebasnya mempunyai arti : Kemenangan – Kemenangan – Dan Menang untuk selamanya. Semboyan ini lebih bersifat UNIVERSAL dan memberi pesan garis tebal semangat bagi setiap insan untuk menjalankan dharma kehidupannya secara benar. Sekilas akan tampak sebagai suatu kesombongan lahiriah, tetapi mari saya jelaskan konsep pemahamannya.  Disini kita di harap mengalami 3 Fase Kemenangan, yaitu :
JAYA YANG PERTAMA : FASE KEHIDUPAN DI DALAM PERUT IBU
Pada fase ini yang paling dominan adalah keghaiban semesta, dimana kita sang jabang bayi mendapat berkah kehidupan dari TUHAN YME dan mempertahankannya dengan segala upaya (tidak lepas dari peran ibu dan bapak lewat kasih sayangnya) kehidupan itu sampai mencapai titik kulminasinya berupa kelahiran sang jabang bayi. Di dalam perut ibu itulah kita melengkapi dzat / jasad, sifat, iradat / kehendak dan nurbuat / cahaya takdir kehidupan (dalam versi Islam) atau penyempurnaan SEDULUR PAPAT KALIMO PANCER (dalam versi budaya Jawa). Kegagalan sang jabang bayi untuk menyempurnakan hal ini akan barakibat : kurang gizi, lemah mental, lahir cacat dan sebagainya. Bahkan apabila peran kasih sayang ibu dan bapak tidak hadir, bisa juga si jabang bayi di gugurkan pada proses pertumbuhannya. Maka siapapun anda yang berhasil melewati kehidupan pertama dan lahir sebagai insan yang sempurna lahir dan bathin ….. maka anda sudah mengalami KEMENANGAN YANG PERTAMA (JAYA yang pertama).
JAYA YANG KEDUA : FASE SEJAK DILAHIRKAN HINGGA SAAT KEMATIAN
Pada fase ini kita tumbuh menjadi insan / mahluk yang ditugasi TUHAN YME menjalankan takdir semesta. Untuk dapat menjalankan dengan sempurna tentunya di butuhkan banyak perangkat berupa ilmu lahir dan spiritual, semangat kerja keras, ulet, tabah, jujur, dan sebagainya.  Karena hal itu yang mewarnai perjuangan kemenangan kedua dalam hidup ini, menjalankan takdir pribadi, takdir orang atau mahluk lain yang terkait maupun takdir alam semesta. Karenanya kita harus SAKTI dalam kehidupan kedua ini, SAKTI yang dimaksud adalah : Tidak mampu disentuh KEBODOHAN (karena selalu belajar), Tidak mampu disentu KEMISKINAN (karena selalu bekerja keras), Tidak mampu disentu rasa SAKIT (karena selalu menjaga kesehatan dan olah kadigdayan), Tidak mampu disentuh PENYAKITNYA HATI (karena berperilaku jujur, sabar dan sebagainya)…. dan masih banyak lagi. Itulah hakekat sesungguhnya dari SAKTI yang harus kita miliki. Tanpa itu kita tidaklah PANDAI untuk menerangi kegelapan akal, tidak akan KAYA untuk bisa memberi sedekah dan seterusnya. Jadi hal ini harus dipegang teguh ketika menjalankan dharma kehidupan sampai takdir kita usai dan kembali bersatu dengan TUHAN YME. Kejayaan / kemenangan ini harus dimulai ketika sang insan mencapai pencerahan dalam lelakunya dan dipertahankan sampai akhir hayatnya …. kalau anda mampu, inilah arti KEMENANGAN YANG KEDUA (JAYA yang kedua).
JAYA YANG KETIGA = WIJAYANTI (JAYA SELAMANYA) : FASE KEHIDUPAN LANGGENG SETELAH MATI
Fase ini sebetulnya ditentukan oleh perilaku insan pada kehidupan kedua, dimana insan mampu menjalankan dharmanya dengan sempurna sesuai tuntunan adat dan agama yang di yakininya. Faktor ketulusan pengabdian insan menjalankan dharma kehidupannya dengan sempurnalah penentu utamanya. Jadi akan mempunyai tuntutan yang sama dengan Jaya yang kedua, kita diminta teguh memegang hasil pencerahan yang didapatkan dan melaksanakan takdir kehidupan dengan tulus hingga akhir hayat kita. Apakah anda sanggup untuk mencapai KEMENANGAN YANG KETIGA (WIJAYANTI = Kemenangan selamanya dan dianugrahi bersanding dengan TUHAN YME). Mari kita upayakan untuk itu di kehidupan kedua ini !!!
Itulah pemahaman semboyan yang diwariskan leluhur WILWATIKTA (Majapahit) kepada kami, semoga dengan anda memahaminya akan mendapat semangat dan pencerahan yang sama.
JAYA – JAYA – WIJAYANTI

No comments:

Post a Comment